Main Article Content

Abstract

The implementation of effective guidance and counselling services requires adequate facilities and infrastructure in accordance with national standards in Permendikbud No 111 of 2014 regarding guidance and counselling in secondary education in Indonesia. This study aims to describe the condition of the facilities and infrastructure for guidance and counselling in state secondary school; junior and senior state high school in Indonesia. The method used is the survey model. The research data were collected from 65 State Senior High Schools, 25 State Vocational High Schools and 58 State Junior High Schools spread over 71 districts/cities in 18 provinces in Indonesia. The instrument used a semi-open questionnaire adopted from Permendikbud No. 111 of 2014 regarding guidance and counselling in primary and secondary education. The results of the study showed as many as 4.68% of state senior high schools and 8.77% of state junior high schools did not have a counselling room. A total of 20.31% of state senior high schools, 58.82% of state vocational high schools, and 52.63% of state junior high schools did not have special room for individual counselling. A total of 10.93% of state high schools, 52.94% of state vocational high schools and 21.05% of state junior high schools did not have living room. A total of 39.06% of state senior high schools, 64.70% of state vocational high schools, and 64.91% of state junior high schools did not have group guidance and counselling rooms. A total of 31.25% of state senior high schools, 35.29% of state vocational high schools, and 59.64% of state junior high schools did not have data room. As many as 31.25% of state senior high schools, 82.35% of state vocational high schools, and 73.68% did not have library display room (bibliocounseling). This study revealed that the facilities and infrastructure for guidance and counseling in state secondary schools in Indonesia do not in accordance with the minimum standards issued in Permendikbud No. 111 of 2014. The implementation of effective and efficient guidance and counselling services requires facilities and infrastructure that corresponds with the minimum standards. Based on this study results, it is anticipated the stakeholders of guidance and counselling services, especially in education sections in Indonesia, would pay attention and provide the minimum standard of guidance and counselling facilities and infrastructure.

Keywords

Facilities and Infrastructure Guidance and Counselling Permendikbud No 111 of 2014

Article Details

How to Cite
Marimbun, M., & Pohan, R. A. (2021). Gambaran Sarana dan Prasarana Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Negeri di Indonesia. ENLIGHTEN: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 4(2), 76-87. https://doi.org/10.32505/enlighten.v4i2.3365

References

  1. Bhakti, C. P. (2018). Ketersediaan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling di sekolah menengah di Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Pendidikan (Teori Dan Praktik), 2(2), 100. https://doi.org/10.26740/jp.v2n2.p100-104
  2. BSNP. (2006). Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Permendiknas RI.
  3. Farozin, M., Suwarjo, S., & Astuti, B. (2017). Identifikasi permasalahan perancangan program bimbingan dan konseling pada guru SMK di Kota Yogyakarta. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 10(1), 40–52. https://doi.org/https://doi.org/10.21831/jpipfip.v10i1.16795
  4. Fatchurahman, M. (2018). Problematik pelaksanaan konseling individual. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Ar-Rahman, 3(2), 25–30.
  5. Fitria, L., Neviyarni, S., Syukur, Y., & Ahmad, R. (2021). Sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah menengah kejuruan. AL-IRSYAD, 11(1), 15–21.
  6. Haolah, S., Atus, A., & Irmayanti, R. (2018). Pentingnya kualitas pribadi konselor dalam pelaksanaan konseling individual. FOKUS (Kajian Bimbingan & Konseling Dalam Pendidikan), 1(6), 215–226.
  7. Hikmawati, F. (2016). Bimbingan dan konseling. Rajawali Press.
  8. Indrawan, I. (2015). Pengantar manajemen sarana dan prasarana sekolah. Deepublish.
  9. Intishar, F., Chanum, I., & Badrujaman, A. (2015). Pemenuhan standar sarana dan prasarana bimbingan dan konseling (Survei terhadap sekolah menengah atas negeri di Jakarta Barat). INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling, 4(1), 25-31. https://doi.org/https://doi.org/10.21009/INSIGHT.041.05
  10. Kemendikbud. (2014). Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. In Kemendikbud RI.
  11. Kemendiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/Mts), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah A. Kemendikbud.
  12. Marimbun. (2021). Meningkatkan minat membaca mahasiswa melalui bimbingan kelompok topik tugas. Jurnal KOPASTA, 8(1), 54–65.
  13. Marimbun, M. (2019). Minat membaca dan implementasinya dalam bimbingan dan konseling. ENLIGHTEN: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 2(2), 74–84. https://doi.org/10.32505/ENLIGHTEN.V2I2.1361
  14. Novita, M. (2017). Sarana dan prasarana yang baik menjadi bagian ujung tombak keberhasilan lembaga pendidikan islam. Nur El-Islam, 4(2), 97–129.
  15. Pohan, R. A., & Indra, S. (2020). Efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kegiatan merespon pembelajaran. Islamic Counseling : Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 4(1), 17–30. https://doi.org/10.29240/JBK.V4I1.1280
  16. Pohan, R. A., & Ramadhani, E. (2018). Miskonsepsi prodi BPI/BKI fakultas Dakwah di PTKIN. Biblio Couns, 1(2), 54–58. https://doi.org/https://doi.org/10.30596/bibliocouns.v1i2.2079
  17. Prayitno. (2004). Seri layanan konseling. FIP UNP.
  18. Prayitno. (2012). Jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling. Padang: Program PPK FIP UNP.
  19. Putranti, D. (2015). Studi deskriptif tentang sarana dan prasarana bimbingan dan konseling di sekolah menengah pertama. PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 4(1), 45–50.
  20. Romlah, T. (2001). Teori dan praktek bimbingan dan konseling kelompok. Universitas Negeri Malam Press.
  21. Setyaningrum, D. (2013). Pengaruh persepsi siswa tentang layanan konseling individu dan persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor terhadap minat memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Jurnal BK UNESA, 3(1).
  22. Sugiarto, S., Neviyarni, S., & Firman, F. (2021). Peran penting sarana dan prasarana dalam pembelajaran bimbingan konseling di sekolah. JPT: Jurnal Pendidikan Tematik, 2(1), 60-66.
  23. Tim Penyusun Panduan Bimbingan Dan Konseling Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, D. S. M. K. (2016). Panduan operasional penyelenggaraan bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas (SMA).
  24. Widodo, B. (2019). Manajemen konseling individual (studi kasus: pelaksanaan konseling individual di SMP N 7 Madiun). In. Prosiding SNBK (Seminar Nasional Bimbingan Dan Konseling), 3(1), 24–30.
  25. Zahara, C. I. (2017). Hubungan persepsi siswa terhadap konselor dan sarana prasarana bimbingan konseling dengan minat layanan konseling di SMP Negeri 2 Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 9(1), 10–20.