Main Article Content

Abstract

Salah satu hiburan malam yang diganderungi yaitu keyboard, banyak terjadi pelanggaran syari'at dari adanya keyboard. Surat edaran Forkompimda tentang hiburan malam dalam wilayah Kabupaten Aceh Tamiang: dijelaskan bahwa hiburan malam (keyboard/ band dan sejenisnya) dilarang di Kabupaten Aceh Tamiang kecuali dalam pengawasan pemerintah. Studi ini bertujuan untuk melihat kondisi hiburan malam di Kec. Karang Baru Kab. Aceh Tamiang, pelaksanaan hiburan malam yang diatur dalam Surat Edaran Forkompimda Aceh Tamiang, serta Tinjauan Maqashid Syariah terhadap larangan hiburan malam pasca Surat Edaran Forkompimda Aceh Tamiang. Temuan dalam studi diketahui keadaan hiburan malam di Kec. Karang Baru sebelum adanya surat edaran sering terdapat keyboard, kebiasaan tersebut telah berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama dan diadakan hingga larut malam. Keterlibatan pihak Satpol PP dan WH untuk menindak tegas jika terdapat pelanggaran merupakan amanat dari surat edaran Forkompimda. Ada lima unsur pokok yang harus di pelihara dan diwujudkan dalam tataran Maqashid Syariah yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Maka dalam pelarangan hiburan malam hal yang ingin dijaga yaitu memelihara agama Islam, kemudian memelihara akal agar tidak dirusak dengan hal negatif seperti pengaruh minuman keras, ganja, sabu-sabu dan lain sebagainya yang dapat merusak sistem kerja otak yang berakibat pada hilangnya akal sehat dalam bertindak. Kemudian memelihara keturunan agar tidak terjadi perzinaan ketika acara keyboard, terlebih jika sampai sampai larut malam.

Article Details

How to Cite
Ismail, K. M. (2022). Larangan Hiburan Malam di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Pasca Surat Edaran Forkompimda dalam Tinjauan Maqashid Syari’ah. Lentera, 3(2), 143 - 155. https://doi.org/10.32505/lentera.v3i2.3537

References

  1. Al-Lahji, A.-S. A. ibn S. M. ‘Abbadi. (n.d.). Idhah al-Qawa’id al-Fiqhiyyah (Terjemahan). Jeddah: al-Haramain.
  2. Al-Qarni, A. (2007). Tafsir Muyassar. ( terj. T. Q. Press, Ed.). Jakarta: Qisthi Press.
  3. Al-Qur’an dan Terjemahannya. (n.d.) (hal. 439). Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.
  4. al-Rahman, Imam Jalal al-Din Abd, ibn A. B. al-S. (n.d.). al-Asybah waal-Nazha’ir fi al-Furu’ (Terjemahan). Semarang: Maktabah wa Mathba’ah Thaha Putra.
  5. Al Ashbahani, A. N. A. (2004). Hilyatu Al Awliya’ Wa Thabaqatu Al Ashfiya’. (D. Terj: Abdullah Al Misyawi, Ed.) (Jilid 6). Jakarta: Pustaka Azzam.
  6. Ar-Rifa’i, M. N. (1991). Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani.
  7. Badan Pusat Statistik Aceh Tamiang. (2018). Aceh Tamiang.
  8. Djamil, F. (1995). Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta: Logos.
  9. Efendi, S. (2008). Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana.
  10. Ibn Zakariyya, A. al-H. A. ibn F. (1994). Mu’jam al-Muqayyis fi al-Lughah. Beirut: Dar al-Fikr.
  11. Mukhibad, H. (2019). The Role of Sharia Supervisory Boards in Meeting Maqasid Syariah-Study on Islamic Banks in Indonesia. European Journal of Islamic Finance, 13(13), 1–9. https://doi.org/10.13135/2421-2172/3620
  12. Musolli, M. (2018). Maqasid Syariah: Kajian Teoritis dan Aplikatif Pada Isu-Isu Kontemporer. AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman, 5(1), 60–81. https://doi.org/10.33650/at-turas.v5i1.324
  13. Muzlifah, E. (2013). Maqasyid Syariah Sebagai Paradigma Dasar Ekonomi Islam. Istislah: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, 3(2), 79.
  14. Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Izin dan Tata Cara Penyelenggaraan Hiburan, Pub. L. No. Nomor 11 Tahun 2008 (2008). Indonesia.
  15. Rahmi, N. (2018). Maqasid Al Syari’ah: Melacak Gagasan Awal. Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran, 17(2), 160. https://doi.org/10.18592/sy.v17i2.1970
  16. Selebaran Surat Edaran yang dikeluarkan di Karang Baru. (2015). Aceh Tamiang.
  17. Wira, A. (2001). Metode Ijtihad Yusuf Qardhawi (Cetakan ke). Jakarta: Nuansa Madani.