Main Article Content

Abstract

Good moral education can potentially create human beings who are faithful, devoted and have intellectual intelligence. Ideally students as agents of change must be able to bring change in society, nation and state. Students should have moral reasoning according to their developmental tasks, namely in the conventional post stage. But in reality students' moral reasoning is still in the conventional stage. The purpose of this study is to know the description of student moral reasoning. This research is using experimental method. The study population was students of the Faculty of Education, Padang State University. The research sample was students of Guidance and Counseling. The sampling technique uses cluster sampling. Data analysis using the Wilcoxon Signed Ranks Test. The results of the study found that students' moral reasoning is still classified as a conventional stage with a low category, it is expected that the presence of the latest methods or approaches can be a reference in guidance and counseling.

Keywords

Moral Reasoning Guidance and Counseling

Article Details

How to Cite
Hayati, R., Nengsih, N., & N, D. F. (2023). Penalaran Moral Mahasiswa dalam Layanan Bimbingan dan Konseling. Syifaul Qulub: Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 4(1), 64-72. https://doi.org/10.32505/syifaulqulub.v4i1.6697

References

  1. Anggraini. (2014). “Studi Deskriptif Mengenai Tahapan Penalaran Moral Mahasiswa pada Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dalam Pengisian Daftar Hadir”. (Online) (Pustaka.unpad.ac.id, diakses pada tanggal 08 Agustus 2017).
  2. Budiningsih, C.A. (2008). Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.
  3. Budiningsih, C.A. (2009). Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, FIP UNY: Yogyakarta, Vol. 12, No. 1.
  4. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  5. Hasan, I. (2002). Membangun Karakter Murid. Tujuh Kebijakan Utama Agar Anak BermoralTinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  6. Jeremy I. M. C. (2000). “Kohlberg and Piaget on Stages and Moral Reasoning”.Developmental Review 20, h.181–205.
  7. Kemdiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Puskur-Balitbang. Kemdiknas.
  8. Kenrick, T. D. (2007). Sosial Psychology. New York: Perason Education.
  9. Killen, M., & Smetana, J.G. (2006). Handbook of Moral Development. Lawrence Erlbaum Associates Publishers: New Jersey London.
  10. Mikhail, J. (2007). “Universal Moral Grammar: Theory, Evidence and The Future”. Trends in Cognitive Sciences, Vol.114, h.143–152.
  11. Muslich, M. (2010).Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetisi. Bandung: Reffika Aditama.
  12. Nazaruddin, I. (2011). “Dampak Religiositas, Relativisme dan Idealisme terhadap Penalaran Moral dan Perilaku Manajemen Laba”. Disertasi tidak diterbitkan. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
  13. Nurhayati, S.R. (2006). “Telaah Kritis terhadap Teori Perkembangan Moral lawrence Kohlberg”. Yogyakarta: Jurnal UNY, Universitas Negeri Yogyakarta, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, (Online), (http://journal.uny.ac.id/index.php/paradigma/article/.../594), diakses pada tanggal 24 Juli 2017).
  14. Papalia, D.E. & Feldman, R.D. dengan Gabriela Martorell. (2014). “Experience Human Development”. Dalam Herarti (Ed.), Menyelami Perkembangan Manusia. Edisi 12, Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
  15. Paxton, M. & Joshua D. G. (2010). Moral Reasoning: Hints and Allegations, Journal Cognitive Science Society Department of Psychology. Cambridge: Harvard University.
  16. Prayitno & Khaidir, A. (2010). Model Pendidikan Karakter-Cerdas. Padang: Universitas Negeri Padang
  17. Prayitno & Khaidir, A. (2010). Model Pendidikan Karakter-Cerdas. Padang: Universitas Negeri Padang
  18. Prayitno. (2017). “Pelatihan Pendidikan Karakter Cerdas (PKC-KO)”. Makalah disajikan dalam Penataran Program S2 BK dan PPK, Unit Pelayanan BK, Padang, 21-22 Oktober.
  19. Rizalman. (2012). “Pendidikan Moral Siswa terhadap Peningkatan Pertimbangan Moral (Suatu Analisis Komparasi terhadap Penggunaan Metode Pengajaran)”. Jambi: Jurnal IAIN Jambi, IAIN STS Fakultas Tarbiyah.(Online), (http://e.journal.iainjambi.ac.id/index.php/eduphysics/article/view/409, diakses pada tanggal 24 Juli 2017).
  20. Santrock, J.W. (2007). “Perkembangan Anak”. Dalam Angelica (Ed.),Edisi kesebelas, Jilid 2, Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
  21. Sirumapea. (2015). Tahapan Penalaran Moral Mahasiswa S1 Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Padang dalam Perilaku Menyontek. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
  22. Sjarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri.Jakarta: Bumi Aksara.
  23. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 Pasal 1 tentang Pendidikan. 2003, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
  24. Vivi, Z.Mawardi, Neviyarni. (2017). Perbedaan Latar Belakang Pendidikan Dan Masa Kerja Guru Bimbingan Dan Konseling Terhadap Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling Format Klasikal Abstrak, 21–29.
  25. Warneken, F. & Tomassello, M. (2009). The Roots of Human Altruism. British Journal of Psychology, 100, 455-471.
  26. Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.
  27. Zulal, A. (2016). “Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Penalaran Moral Di SMA Negeri 1 Purwosari”. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana. UIN Maulana Malik Ibrohim.