Main Article Content

Abstract

Hamzah Fansuri merupakan seorang tokoh tasawuf terkemuka Nusantara yang menganut tasawuf falsafi. Selain sebagai seorang sufi ia juga dikenal dengan seorang sastrawan, sehingga ajarannya banyak yang sampaikan dalam bentuk bait-bait puisi sastra. Ia mengikuti tasawuf yang dirintis oleh Syeikh Abd al-Qadir al-Jailani dengan tarekat Qadiriyah. Dalam bidang fikih, Hamzah Fansuri mengikuti Mazhab Syafi’i. Hamzah Fansuri dianggap sebagai pemikir dan pengembang paham wihdat al-wujud, hulul, dan ittihad. Karya-karya Syekh Hamzah Fansuri terbilang cukup banyak. Diduga sebagian dari karya tulis Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al-Sumaterani menjadi korban pembakaran pada waktu para pengikut keduanya mengalami hukuman bunuh, dan buku-buku yang mereka miliki dibakar di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Pembunuhan keduanya dan pembakaran karya tulis mereka terjadi pada tahun 1637 M., yaitu tahun pertama dari kekuasaan Sultan Iskandar Tsani (1637-1641 M.), karena mereka tidak mau mengubah pendirian paham wahdat al-wujud-nya kendati Sultan telah berulangkali menyuruh keduanya untuk bertobat. Kata wujûd dalam paham wahdat al wujud terutama dan lebih khusus digunakan oleh Ibn al-‘Arabi untuk menyebut wujud Tuhan. satu- satunya wujud adalah wujud Tuhan; tidak ada wujud selain wujud-Nya.

Keywords

Ulama tasawuf wahdat al wujud

Article Details

How to Cite
rambe, saparuddin. (2019). Tradisi Keulamaan. Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan, 6(1), 598-611. Retrieved from https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/ikhtibar/article/view/1059

References

  1. Abdullah, Hawash. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara. Surabaya: al-Ikhlas, t.t
  2. Ali, Pengantar Ilmu Tasawuf . Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987.
  3. Anshori, Afif. Tasawuf Falsafi Syeikh Hamzah Fansuri. Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2004.
  4. Arifin, Miftah. Sufi Nusantara: Biografi, Karya Intelektual dan Pemikiran Tasawuf. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
  5. Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan, 1995.
  6. Faridy, Heri MS dkk. Ensiklopedi Tasawuf . Bandung: Angkasa, 2008.
  7. Guillot, Claude & Ludvik Kalus. “Batu Nisan Hamzah Fansuri”, dalam Jurnal Terjemahan Alam & Alam Tamadun Melayu, vol. 1, 2009.
  8. Hadi, W. M, Abdul Hamzah Fansuri: Risalah Tasawuf dan Puisi-puisinya. Bandung: Mizan, 1995.
  9. Hadi W.M, Abdul dan L.K. Ara (peny.), Hamzah Fansuri Penyair Sufi Aceh. Jakarta: Lotkala, 1984.
  10. Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Bandung: Bulan Bintang, 1990.
  11. Ni’am, Syamsun. “Hamzah Fansuri: Pelopor Tasawuf Wujudiyah dan Pengaruhnya Hingga Kini di Usantara,” dalam Jurnal Episteme, vol. 12, No, 1, tahun 2017.
  12. Riddell, Peter. Islam and the Malay-Indonesia World: Transmission and Responses. London: Hurst & Company, 2001.
  13. Sangidu. Wachdatul Wujud: Polemik Pemikiran Sufistik antara Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Samatrani dengan Nuruddin ar-Raniri. Yogyakarta: Gama Media, 2008.
  14. Shihab, Alwi. Islam Sufistik: “Islam Pertama” dan Pengaruhnya hingga Kini di Indonesia. Bandung: Mizan, 2001.
  15. Solihin, M. Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2001.
  16. Sudrajat, Ajat . “Pemikiran Wujudiyah Hamzah Fansuri dan kritik Nuruddin Al Raniri,” dalam Jurnal Humanika, Th. XVII, No. 1. Maret 2017.
  17. WM, Abdul Hadi. Hamzah Fansuri: Risalah Tasawuf dan Puisi-Puisinya. Bandung: Mizan, 1995.
  18. Yunus, Abd. Rahim, Posisi Tasawuf dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan Buton pada Abad ke-19. Jakarta: INIS, 1995.