Main Article Content

Abstract

Pendidikan merupakan tumpuan terakhir masyarakat. Termasuk, dalam hal penanaman karakter kebersamaaan dalam kehidupan. Tidak semua orang dengan cepat bisa memiliki etos dan semangat membangun kebersamaan dengan orang di luar kelompoknya. Terutama, ketika di luar wilayahnya memiliki pandangan dan keyakinan yang berbeda. Realitas yang sering kita jumpai, pertentangan sering terjadi karena perbedaan pandangan dan keyakinan. Perbedaan meruncing menjadi kecemburuan sosial, dan berujung kepada petaka perpecahan. Realitas ini harus dibaca sebagai ancaman yang bisa mengubur kehidupan damai di tengah masyarakat bumi. Pendidikan kebersamaan menuntut untuk menjadi bahan pertimbangan agar bisa diajarkan dalam semua ruang dan waktu. Termasuk membiasakan masa anak-anak sudah mengenyam arti kebersamaan dalam perbedaan (multikultural). Keberadaan kobhung/langgher, masjid, dan madrasah di tengah-tengah masyarakat Madura sudah menjadi warna bagi detak peradaban yang mendidik. Meski lembaga pendidikan Islam tradisional masyarakat pulau Madura ini sudah terus mengalami peralihan. Namun, jejak-jejak kedahsyatannya dalam mengajarkan ilmu kehidupan kepada anak-anaknya tak pernah lenyap. Ajaran-ajaran kemanusia dan kehidupan yang berdentang pada masa awal setidaknya bisa diruwat seiring tantangan zaman yang kian ganas. Kehidupan masyarakat pedalaman sebenarnya menjadi salah satu pertimbangan bagi bangsa Indonesia untuk melihat realitas yang sedang terjadi di sekelilingnya. Keunikan masyarakat pedalaman dalam menjadi peradabannya sampai hari ini tidak pernah luntur. Termasuk semangat anak-anak yang terus menempa diri memeroleh pengetahuan

Keywords

Pendidikan Multikultural Tradisional

Article Details

How to Cite
M.Pd.I, Z. R. (2018). TRANSFORMASI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TRADISIONAL MASYARAKAT MADURA. Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2), 477-491. Retrieved from https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/ikhtibar/article/view/341